Saturday, March 6, 2010

LaMBaiaN KaaBaH..

Kaabah, i'm coming... InsyaAllah, 24 Mac aku akan berangkat ke sana.. Doa-doakan aku supaya selamat pergi ke sana dan pulang ke tanah air..
Pulang membawa azam dan semangat yang baru.. Sahabat-sahabat, maafkan aku andai ada silap dan salah.. halalkan makan, minum dan segala-galanya.. Andai aku tidak lagi dapat menjejak lagi kakiku di bumi Malaysia, doakan aku agar selamat di kehidupan yang seterusnya.. Kehidupan yang sebenar.. Kehidupan yang pastinya ramai yang mengharapkan sesuatu yang baik... Kehidupan dimana manusia menuai hasilnya selepas bercucuk tanam di dunia.. Kehidupan yang hanya ada dua pilihan samada syurga atau neraka..

Wednesday, March 3, 2010

Allah Maha Pengasih

Sepasang suami isteri yang sudah menikah selama 7 tahun dan memiliki 3 orang anak, terlibat dalam sebuah pertengkaran hebat.

Begitu hebatnya pertengkaran mereka, sampai akhirnya mereka memutuskan untuk bercerai, mengakhiri kehidupan rumah tangga mereka secepat mungkin.

Mereka menemui seorang peguam, untuk melangsungkan perundingan pembagian harta diantara mereka, perundingan berlangsung lancar, namun akhirnya sebagian besar masalah terselesaikan, baik tanah, rumah, dan semua aset harta mereka dapat dibagi dan mencapai kepuasan kedua belah pihak.

Hanya satu hal tidak ditemukan jalan keluarnya, yaitu mengenai pembagian anak [jangan lupa anak mereka tiga orang], baik si suami maupun si istri sama sama ingin mengasuh 2 anak, tidak ada yang mau mengalah, dan anak tidak mungkin dibelah dua seperti pada Zaman Sulaiman dulu.

Akhirnya mereka menemui seorang tokoh agama, meminta nasehat bagaimana jalan keluar yang harus ditempuh.

Sang Imam akhirnya memberika jalan keluar yang bijak, yaitu mereka diminta menunda perceraiannya selama satu tahun, mereka harus menambah satu orang anak selama satu tahun, bila Tuhan mengizinkan perceraian mereka, Tuhan akan memberikan tambahan satu anak, total menjadi 4 anak, sehingga mudah untuk dibagi diantara mereka berdua.

Karena si suami dan si istri sangat serius untuk bercerai, mereka berusaha keras untuk menambah anak, dan akhirnya mereka berhasil.

Setahun kemudian, ketika Sang Imam berjalan jalan, beliau bertemu dengan pasangan suami istri ini, sedang bergandengan tangan dengan mesra, sehingga Sang Imam bertanya, : "Apakah Kalian tidak berhasil menambah anak sehingga kalian batal bercerai?".

Sang Suami lalu menjawab : "Tuhan Maha Pengasih, Dia memberikan kami tambahan anak, tapi sekaligus juga memberikan isyarat agar kami saling memaafkan dan saling mengasihi, kami memutuskan untuk tidak bercerai".

"Bagaimana Tuhan memberikan isyaratNya?", tanya Sang Imam.

"Tuhan memberikan kami tambahan anak, bukan satu anak, tapi dua anak, anak kembar !!".

Beberapa hikmah:

1. Menunda tindakan negatif sering bermanfaat, apalagi ketika seseorang sedang dikuasai emosi. Ada baiknya jika kita sedang marah kita menunda sesuatu yang ingin kita lakukan. Betapa banyak penghuni penjara yang menyesal: mengapa ketika marah memukuli istri/anak/dsb sampai tewas....

2. Mampu mengendalikan marah [emosi] adalah kunci kebaikan, sehingga Nabi SAW menekankan laa taghdhab [jangan marah] kepada sahabatnya.

3. Kisah diatas menunjukkan kasih sayang Allah, tetapi ada yang lebih baik daripada kisah diatas yaitu pasangan suami isteri yang selalu berhasil meredam pertengkaran mereka. Mungkin keluar rumah meninggalkan isteri/suami yang marah untuk sebentar kemudian kembali membawa buah tangan/peralatan baru kesukaannya akan membuatnya tersenyum, meminta maaf dan berfikir betapa baiknya suaminya/isterinya.

4. Pertengkaran itu lumrah rumah tangga. Dengan pertengkaranlah keharmonisan semakin terasa nikmat. Orang bijaksana akan menikmati pertengkaran dan masa-masa setelahnya dengan tetap mengendalikan suasana agar tidak sampai keluar dari sunnah Nabi saw. Karena pertengkaran itu seperti api: sedikitnya bermanfaat tetapi besar dan luasnya membinasakan.


Monday, March 1, 2010

SeLaWaT..

He Was A Guide For All People
And The Mercy To The Universe
Was A Guide For All People
God's Peace And Blessings On Him

He Was A Seal Of The Prophet
The Last Breaking The House Of Prophethood
He Was The Last Of The Prophet
God's Peace And Blessings On Him

He Was The Patron Of The Poor
Always Helping Widows And Orphans
A Great Patron Of The Poor
God's Peace And Blessings On Him

He Was A Striver Against Evil
And He Fought And He Won
To Give Right To All People
God's Peace And Blessings On Him

He Was A Stranger To This World
For His Aim Was The Hereafter
He Kept Little For This World
God's Peace And Blessings On Him

uTuSaN TeRaKHiR,,

Kisah Rasulullah sebagai pengajaran

Kalau ada pakaian yang koyak, Rasulullah menampalnya sendiri tanpa
perlu menyuruh isterinya. Beliau juga memerah susu kambing untuk
keperluan keluarga mahupun untuk dijual.

Setiap kali pulang ke rumah, bila dilihat tiada makanan yang sudah
siap di masak untuk dimakan, sambil tersenyum baginda menyinsing lengan
bajunya untuk membantu isterinya di dapur.
Sayidatina 'Aisyah menceritakan "Kalau Nabi berada di rumah, beliau selalu
membantu urusan rumahtangga.

Jika mendengar azan, beliau cepat-cepat berangkat ke masjid, dan cepat-cepat pula kembali sesudah selesai sembahyang."

Pernah baginda pulang pada waktu pagi. Tentulah baginda amat lapar
waktu itu. Tetapi dilihatnya tiada apa pun yang ada untuk sarapan. Yang
mentah pun tidak ada kerana Sayidatina 'Aisyah belum ke pasar. Maka Nabi
bertanya, "Belum ada sarapan ya Khumaira?" (Khumaira adalah
panggilan mesra untuk Sayidatina 'Aisyah yang bererti 'Wahai yang
kemerah-merahan')
Aisyah menjawab dengan agak serba salah, "Belum ada apa-apa wahai
Rasulullah." Rasulullah lantas berkata, "Jika begitu aku puasa saja
hari ini." tanpa sedikit tergambar rasa kesal di wajahnya.

Sebaliknya baginda sangat marah tatkala melihat seorang suami
memukul isterinya. Rasulullah menegur, "Mengapa engkau memukul isterimu?"
Lantas soalan itu dijawab dengan agak gementar, "Isteriku sangat keras
kepala. Sudah diberi nasihat dia tetap degil, jadi aku pukul dia." "Aku
tidak bertanya alasanmu," sahut Nabi s. a. w. "Aku menanyakan mengapa
engkau memukul teman tidurmu dan ibu kepada anak-anakmu?"

Pernah baginda bersabda, "sebaik-baik lelaki adalah yang paling
baik dan lemah lembut terhadap isterinya." Prihatin, sabar dan tawadhuknya
baginda dalam menjadi ketua keluarga langsung tidak sedikitpun menjejaskan
kedudukannya sebagai pemimpin umat.

Pada suatu ketika baginda menjadi imam solat. Dilihat oleh para
sahabat, pergerakan baginda antara satu rukun ke satu rukun yang lain amat
sukar sekali. Dan mereka mendengar bunyi menggerutup seolah-olah
sendi-sendi pada tubuh baginda yang mulia itu bergeser antara satu sama lain.
Sayidina Umar yang tidak tahan melihat keadaan baginda itu langsung bertanya
setelah selesai bersembahyang,

"Ya Rasulullah, kami melihat seolah-olah tuan menanggung penderitaan yang amat berat, tuan sakitkah ya Rasulullah?"
"Tidak, ya Umar. Alhamdulillah, aku sihat dan segar."

"Ya Rasulullah... mengapa setiap kali tuan menggerakkan tubuh, kami mendengar
seolah-olah sendi bergeselan di tubuh tuan? Kami yakin tuan sedang sakit..."
desak Umar penuh cemas. Akhirnya Rasulullah mengangkat jubahnya. Para
sahabat amat terkejut. Perut baginda yang kempis, kelihatan dililiti
sehelai kain yang berisi batu kerikil, buat menahan rasa lapar. Batu-batu kecil
itulah yang menimbulkan bunyi-bunyi halus setiap kali bergeraknya tubuh
Baginda.

"Ya Rasulullah! Adakah bila tuan menyatakan lapar dan tidak punya
makanan, kami tidak akan mendapatkannya buat tuan?" Lalu baginda menjawab
dengan lembut, "Tidak para sahabatku. Aku tahu, apa pun akan engkau
korbankan demi Rasulmu. Tetapi apakah akan aku jawab di hadapan ALLAH nanti,
apabila aku sebagai pemimpin, menjadi beban kepada umatnya?" "Biarlah
kelaparan ini sebagai hadiah ALLAH buatku, agar umatku kelak tidak ada yang
kelaparan di dunia ini lebih-lebih lagi tiada yang kelaparan di Akhirat kelak."

Baginda pernah tanpa rasa canggung sedikitpun makan di sebelah
seorang tua yang penuh kudis, miskin dan kotor.

Hanya diam dan bersabar bila kain rida'nya direntap dengan kasar oleh seorang Arab Badwi hingga berbekas merah di lehernya. Dan dengan penuh rasa kehambaan baginda membasuh tempat yang dikencing si Badwi di dalam masjid sebelum menegur dengan
lembut perbuatan itu.

Kecintaannya yang tinggi terhadap ALLAH swt dan rasa kehambaan yang
sudah sebati dalam diri Rasulullah saw menolak sama sekali rasa ke
tuanan.

Seolah-olah anugerah kemuliaan dari ALLAH langsung tidak dijadikan
sebab untuknya merasa lebih dari yang lain, ketika di depan ramai mahupun
dalam keseorangan.

Pintu Syurga telah terbuka seluas-luasnya untuk
baginda, baginda masih lagi berdiri di waktu-waktu sepi malam hari,
terus-menerus beribadah hinggakan pernah baginda terjatuh lantaran
kakinya sudah bengkak-bengkak.

Fizikalnya sudah tidak mampu menanggung kemahuan jiwanya yang tinggi. Bila ditanya oleh Sayidatina 'Aisyah, "Ya Rasulullah,
bukankah engaku telah dijamin Syurga? Mengapa engkau masih bersusah
payah begini?" Jawab baginda dengan lunak, "Ya 'Aisyah, bukankah aku ini
hanyalah seorang hamba? Sesungguhnya aku ingin menjadi hamba-Nya
yang bersyukur."


Waste...

10 things that we waste....
Our Knowledge: Wasted by not taking action with
it.

Our Actions: Wasted by committing them without
sincerity.

Our Wealth: Wasted by using on things that will
not bring us ajr (reward from Allah). We waste our
money, our status, our authority, on things which
have no benefit in this life or in akhirah (hereafter).

Our Hearts: Wasted because they are empty from
the love of Allah, and the feeling of longing to go to
Him, and a feeling of peace and contentment. In
it's place, our hearts are filled with something or
someone else.

Our Bodies: Wasted because we don't use them in
ibadah (worship) and service of Allah.

Our Love: Our emotional love is misdirected, not
towards Allah, but towards something/someone
else.

Our Time: Wasted, not used properly, to
compensate for that which has passed, by doing
what is righteous to make up for past deeds.

Our Intellect: Wasted on things that are not
beneficial, that are detrimental to society and the
individual, not in contemplation or reflection.

Our Service: Wasted in service of someone who
will not bring us closer to Allah, or benefit in
dunyaa.

Our Dhikr (Remembrence of Allah): Wasted,
because it does not effect us or our hearts.
(na'uzubillah..)

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...